Social Items

Showing posts with label Seni Budaya Keterampilan. Show all posts
Showing posts with label Seni Budaya Keterampilan. Show all posts

I. Jenis Tari Berpasangan/Kelompok


A. Kelompok Tari Berpasangan
  1. Tari Tradisi
    Tari yang bersumber dan dipengaruhi oleh adat tradisi/budaya masyarakat setempat secara turun temurun. Geark dan komposisi tari tanpa diketahui penciptanya (sinonim).
    Contoh: Tari Banjet, Tari Ronggeng, Tari Angklung Buncis dari Jawa Barat
  2. Tari Rakyat
    Tari yang lahir dan tumbuh berkembang dari kalangan rakyat biasa (pedesaan). Susunan tari tidak bersandar pada pola/kaidah yang pasti. Banyak dilakukan improvisasi dari penari.
    Contoh: Tari Anggun, Tari Jatilah, Tari Kuda Lumping, Tari Kecak (Bali), Tari Keprajuritan (Jawa Tengah), Tari Gandrung Banyuwangi.
  3. Tari Klasik
    Tari ini berasal/tumbuh dari lingkungan istana/kerajaan. Ragam geraknya telah tersusun dengan baik dan baku. Tari Klasik diciptakan oleh para raja atau bangsawan kerajaan.
    Contoh: Tari Baris (Bali), Tari Gatotkaca, Tari Arjuna, Tari Srikandi (Jawa Barat), Tari Golek, Tari Srimpi, Tari Gambir Anom.
  4. Tari Kreasi Baru
    Tari ini diciptakan oleh seorang koreografer, susunan tarinya mengutamakan ide/gagasan dan selera/daya cipta penyusun tari tersebut.
    Contoh: Tari Yapong, Tari Merak dari Jawa Tengah, Tari Panji Semirang, Tari Oleg Tambuliang dari Bali, Tari Kupu Kupu.
B. Jenis Tari Berpasangan/Kelompok Daerah
  1. Tari Berpasangan
    Tari Berpasangan adalah jenis tari yang dibawakan oleh dua penari yang satu dengan lainnya saling melengkapi. Dua penari tersebut bisa perempuan semua, laki laki semua, atau bisa perempuan dan laki laki. Jenis tari ini ada yang terdiri atas beberapa pasangan. Contoh: Tari Payung dari Sumatra, Tari Tayub dari Jawa Tengah.
    Tari yang dibawakan oleh sepasang penari, contohnya: Tari Srikandi Mustakaweni, Tari Saputangan, Tari Minak Jinggo.
  2. Tari Kelompok
    Tari Kelompok adalah bentuk tarian yang dibawakan oleh beberapa penari. Apabila yang tampil terdiri atas dua orang penari disebut tari duet (Berdua). Bila dibawakan tiga orang disebut trio. Dan apabila ditampilkan oleh banyak penari disebut tari massal. Apabila gerakan, irama, dan aksennya terlepas satu dengan lainnya disebut panduan kelompok.
  3. Gerakan Tari Berpasangan
    Gerakan tari berpasangan (kelompok) sebenarnya hampir sama dengan tari tunggal. Namun secara khusus terdapat perbedaan perbedaan gerakan, antara lain; gerak sejajar, gerak berlawanan, dan gerak merambat. Gerak gerak tersebut bisa dibuat menjadi gerak gerak seperti gerak serempak, gerak terpecah, gerak selang seling, dan gerak pergantian.
  4. Tari Massal
    Tari Massal merupakan tarian yang dibawakan oleh lebih dari satu orang penari (banyak penari) tanpa ada unsur saling melengkapi. Contoh tari massal, antara lain: Tari Merak dari Jawa Barat, Tari Tanjung Katung dari Sumatra Barat, Tari Gambyong dari Surakarta, Tari Golek dari Yogyakarta, dan Tari Pendet dari Bali.
C. Keunikan Tari Berpasangan Daerah Setempat
Setiap tari tradisional atau daerah setempat memiliki keunikan, ciri khas yang menarik untuk kalian lihat dan pelajari.
  • Gerakan Tari Daerah Setempat
    Gerakan tari ini bersumber dari tiga unsur, yaitu:
    1). Kehendak (karsa)
    2). Emosi (perasaan)
    3). Rasio (rasio/akal)
  • Unsur Pokok Tari Daerah Setempat
    Seorang koreografer tari dan penari sebelum melakukan suatu gerakan, perlu menyadari dan harus memerhatikan tiga unsur pokok tari, yaitu gerak,ruang dan waktu. Dalam melakukan gerakan tari, tubuh merupakan unsur pokok
  • Falsafah Hidup Tari Daerah Setempat
    Tari daerah setepat umumnya mengandung falsafah hidup yang luhur. Pada dasarnya tari daerah berhubungan erat dengan kehidupan adat tradisi setempat. Terutama dalam pergaulan sesama, antara lawan jenis, ada batas aturan (norma) yang harus dipatuhi secara turun temurun.
D. Macam Tari Berpasangan/Kelompok Daerah Setempat
Contoh-contohnya adalah sebagai berikut:
  1. Kalimantan Selatan; Tari Beksan Kembang
  2. Kalimantan Timur; Tari Perang
  3. Kalimantan Barat; Tari  Japin Berkilah
  4. Sulawesi Selatan; Tari Pakarena, Penjaga, Pattudu, Pangeliu, Panjoge
  5. Bali; Tali Kebyar, Kecak, Panji Semirang Rangda, Pendet, Sang Hyang
  6. Papua; Tari Perang, Selamat Datang
  7. Riau; Tari Lambak Joged, Jipin
  8. Sumatra Utara; Tari Serampang 12, Tor-Tor, Manduda
  9. Sumatra Barat; Tari Lilin, Piring, Mancak
  10. DKI Jakarta; Tari Lenong Betawi, Topeng Blantek
  11. Jawa Barat; Tari Jaipong, Ketuk Tilu, Merak
  12. D.I Yogyakarta; Tari Langen Mandrawanara, Srimpi
  13. Jawa Timur; Tari Jaranan, Reog, Topeng, Padhang Wulan
  14. Jawa Tengah; Tari Srimpi, Bedaya, Pethilan, Gambyong

II. Memeragakan Tari Tunggal dan Kelompok/Berpasangan

1. Memeragakan/Menampilkan Tari Tradisional (Daerah Setempat)
Memeragakan tari daerah setempat dapat dilakukan secara perorangan dan bentuk berpasangan. Tari kelompok dapat berarti sebagai tari tunggal yang dimainkan oleh satu kelompok yang terdiri dari tiga orang. Perbedaan antara tari tunggal dan tari kelompok terletak pada kebebasan dalam melakuan gerak tari. Dalam tari tunggal penari bebas membuat gerakan atau pola lantai sesuai keinginan penari sendiri. Pada tari kelompok setiap penari terikat oleh aturan yang ditetukan dan ketat. Contoh: gerak harus tampak serasi dan kompak. Hal ini diperlukan kedisiplinan dan latihan secara teratur. Hitungan juga berbeda, karena masing masing gerak dan pola lantai mempunyai hitungan tersendiri. Bagi penari kelompok hitungan gerak sangat penting untuk dipahami agar tidak terjadi tabrakan antarpenari satu dan lainnya.

2. Menampilkan Sebuah Karya Tari di Sekolah
Menampilkan sebuah karya tari di kelas/sekolah perlu adanya persiapan dan kelengkapan penyajian, antara lain meliputi sebagai berikut:
a. Tata rias
b. Tata busana (pakaian)
c. Aksesori/perhiasan
d. Properti/perlengkapan tari
e. Musik iringan
f. Tata panggung

3. Meragakan/Menampilkan Karya Tari Daerah
Gerak tari dalam seni tari merupakan gerak wantah yang telah diubah menjadi gerak seni yang indah. Gerakan tersebut telah mengalami stilasi (penyederhanaan), distorsi, dengan memerhatikan unsur unsur; Tenaga, ruang, dan waktu. Dalam memeragakan karya tari tidak bisa lepas dari adanya pola lantai. Pola lantari (desain lantai) adalah garis garis di lantai yang dibuat oleh formasi penari kelompok/berpasangan.
  • Gerak Dasar Tari Berpasangan
    Pada dasarnya teknik dasar tari berpasangan adalah sama dengan teknik dasar tari tunggal. Gerak dominan tari secara berpasangan adalah berupa gerakan langkah kaki dan gerakan membuat formasi.
    a). Gerakan langkah kaki, dapat dilakukan dengan cara berdiri atau jongkok, langkah kecil, langkah maju, langkah kebelakang, langkah samping dan langkah silang.
    b). Gerakan membuat formasi yang bersifat bebas, tidak mengikat, bisa dengan improvisasi Dapat berupa formasi lingkaran menghadap ke dalam, formasi lingkaran menghadap ke luar, formasi bersap berhadapan, formasi bersap banjar searah, dan formasi bentuk roda ke semua penjuru mata angin
  • Desain Penataan Arah Gerak Tari
    Ada dua pola, yaitu pola simetrik dan pola asimetrik.
Sumber: Seni Budaya Kelas VII Semester II. Indonesia: CV. Lima Utama Grafika

Karya Seni Tari dan Macam-Macamnya serta Cara Memperagakannya

1. Pengertian Teater Daerah Setempat


Teater daerah termasuk ke dalam teater rakyat. Setiap daerah memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri, yang antara daerah satu dan lain berbeda. Antara lain keunikan dalam hal tata panggung dan dekorasi, tatarias, tata busana, dan tema/jalannya cerita. Meski demikian teater daerah memiliki sifat yang umum berikut ini.
  • Tidak ada naskah tertulis
  • Persiapan dilakukan dengan sederhana
  • Ceritanya monoton, tidak beragam, tidak bervariasi seperti variasinya kehidupan manusia. Biasanya ceritanya diambil dari rakyat daerah setempat, seperti hikayat, dongeng, legenda, fabel, epos.
  • Menyatu dengan masyarakat (bersifat fleksibel). Pertunjukan dapat dilaksanakan dimana saja, dapat di sembarang tempat, kapan saja tidak terikat waktu. Perlengkapan teater sangat sederhana (seadanya). Bisa menyatu dengan masyarakat.

2. Macam Teater Daerah Setempat

Teater daerah setempat dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
  1. Teater Rakyat
    Berkembang di daerah setempat. Hampir semua daerah nusantara memiliki teater rakyat (teater daerah). Ceritanya diambil dari kehidupan masyarakat daerah setempat, dikelola dengan cara sederhana.
  2. Teater Klasik
    Pengolahan teater klasik lebih baik dan mapan dibandingkan teater rakyat. Lahir dari kalangan istana/kota raja. Contohnya wayang orang.
  3. Teater Transisi
    Teater ini sebenarnya bersumber dari teater daerah, tetapi cara penyajiannya sudah dipengaruhi gaya barat/asing (dekorasi, tata rias, dan tata busana). Contoh teater transisi adalah Komedi Istambul dan Sandiwara Dardanela.

3. Pesan Moral Seni Teater Daerah Setempat

Pertunjukan teater tradisi daerah setempat umumnya mengandung pesan moral pada masyarakat sebagai pendidikan budi pekerti luhur. Mengerjakan dan memberi contoh hal-hal yang baik dan menghindari/menjauhi hal-hal yang bersikap negatif (kejahatan, iri, dengki, amarah, dan sikap yang tidak terpuji). Pesan moral pada penonton/masyarakat tersebut, antara lain sebagai berikut.
  1. Memberikan contoh keteladanan dari tokoh yang diperankan (lakon) dengan sikap moral, perilaku yang baik/terpuji.
  2. Tidak meniru tokoh yang jahat/tercela.
  3. Segala sikap perbuatan yang baik akan menjadi mulai sedangkan yang jelek akan mendapat celaan (becik ketitik, ala ketara).
  4. Kehidupan di dunia agar selalu diisi kebaikan, bermanfaat, iman, takwa, pada Tuhan keteladanan, damai, dan tenteram.
  5. Pada generasi muda yang menjadi manusia yang berbudi luhur, bermanfaat bagi bangsa negara, orang tua, masyarakat. Menjadi manusia luhur dan mulia seperti contoh tokoh peran yang dipertunjukkan.
Sumber: Seni Budaya Kelas VII SMP/MTs Semester II. Indonesia: CV. Lima Utama Grafika

Pengertian dan Macam-Macam Teater Daerah Setempat beserta Pesan Moralnya

1. Pengertian Pameran


Pameran adalah kegiatan untuk menampilkan suatu karya dalam usaha memperkenalkan produk yang berupa barang, jasa, atau prestasi kepada masyarakat umum. Pameran secara umum artinya akhir dari berolah seni (rupa) yang disajikan/ditampilkan pada masyarakat umum. Kegiatan pameran melibatkan banyak orang dan kerja sama yang kompak untuk mencapai sukses. Pameran digunakan untuk menampilkan karya seni rupa, sedangkan untuk karya seni musik, tari, dan teater dnegan menggunakan istilah pergelaran/penyajian/pertunjukan. Pameran seni rupa disekolah diselenggarakan dan diikuti oleh para siswa di sekolah tersebut. Pameran yang dilaksanakan dalam satu kelas disebut pameran kelas, sifatnya sederhana. Materi pameran dibuat siswa sendiri.

2. Tujuan Penyelenggaraan Pameran Seni Rupa

A. Memberikan motivasi pada penonton (publik) untuk mempelajari dan menikmati hasil karya seni rupa.
B. Untuk melestarikan dan pengembangan budaya nasional dan daerah setempat.
C. Di sekolah sebagai praktik atau perwujudan hasil akhir pendidikan seni budaya.
D. Untuk meningkatkan apresiasi seni
E. Sebagai wahana hiburan dan rekreasi para penonton (publik)

Dalam pelaksanaan kegiatan pameran perlu adanya pengorganisasian, dengan cara membentuk kepanitiaan (Panitia Pameran Seni Rupa) kelas atau sekolah. Tujuannya adalah agar pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pameran dapat mengerti dan melaksanakan kerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sehingga dapat bekerja secara efektif dan efisien.

3. Fungsi Pameran

A. Sebagai sarana prestasi, kompetisi, timbul pemikiran untuk berbuat dan berkarya yang baik.
B. Sebagai sarana apresiasi, karena dengan melihat pameran seni akan muncul berbagai tanggapan kritik, penilaian, sarana, penghargaan, dan rangsangan seseorang untuk berbuat kreatif dalam berkarya dan berolah seni.
C. Sebagai sarana edukatif yaitu sarana pembelajaran untuk menanamkan kesadaran akan nilai-nilai keindahan (estetika) dalam lingkup luas, mendidik siswa dalam keseimbangan batin (rasa) dengan akal (pikiran).
D. Sebagai sarana rekreasi karena pameran seni bisa dijadikan ajang hiburan, menghilangkan jenuh dan ketegangan batin.

4. Hal yang Perlu Dipersiapkan Untuk Pameran

A. Pembentukan Panitia (Pengorganisasian)
Kepanitiaan pameran ini dibentuk oleh kepala sekolah selaku penanggung jawab di sekolah. Semua panitia di bawah pimpinan/komando ketua atau pengurus harian, selaku koordinasi dan konsolidasi, serta kompak dalam menjalankan tugasnya. Apabila telah selesai pelaksanaannya, panitia dapat dibubarkan oleh Kepala Sekolah.

B. Membuat Program Kerja atau Perencanaan Pameran
Dalam melaksanakan pameran seni rupa perlu dibuat rancangan atau program kerja. Tujuannya agar segala yang dikerjakan dapat terarah. Di dalam program ditentukan di mana tempat dan waktu pameran diselenggarakan.

C. Menyiapkan Materi
Materi pameran adalah benda/karya seni rupa yang dipamerkan, yang dipersiapkan sejak awal. Setiap siswa dapat ikut serta memamerkan hasil karyanya, karena materi pameran ini adalah dari hasil karya siswa sendiri. Semua hasil karya siswa dikumpulkandan diadakan seleksi. Seleksi karya ini dilakukan oleh panitia dan bapak/ibu guru seni rupa, untuk memilih karya yang layak pamer atau yang baik. Setelah diseleksi sebagai materi pameran maka dikumpulkan pada tempat khusus. Karya-karya seni tersebut dicatat atau diinventaris dengan lengkap. Karya yang dipamerkan meliputi karya seni rupa dua atau tiga dimensi. Adapun karya seni dua dimensi seperti melukis, menggambar, dan seni grafika. Dan juga karya seni tiga dimensi seperti membat patung, diorama, membuat keramik, dll.

D. Kelengkapan Pameran
A). Materi pameran yaitu barang barang hasil karya seni yang dipamerkan meliputi karya seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi.
B), Meja dengan berisi alas meja (taplak) untuk menempatkan barang-barang kerajinan tangan/seni kriya.
C). Panil/Skutsel untuk memasang gambar/lukisan
D). Ruang pamer dengan ukuran cukup luas.
E). Katalog yaitu buku kecil yang memuat beberapa karya seni yang dipamerkan yang dilengkapi judul karya, media, nama perupa, dan harga (bila dijual).
F). Kotak/box untuk menempatkan karya seni patung
G). Tanaman hias atau pot bunga untuk dekorasi (tata ruang) agar terkesan alami dan segar.
H). Publikasi sebagai alat dan sarana informasi pada masyarakat luas.
I). Kelengkapan lain seperti buku tamu, buku pengunjung untuk mengetahui kritik atau penilaian dari pengunjung terhadap pameran.

Sumber: Seni Budaya Kelas VII SMP/MTs Semester II. Indonesia: CV. Lima Utama Grafika

Pengertian Pameran Seni Rupa beserta Fungsi dan Tujuannya

Menggambar bentuk adalah membuat karya dua dimensi dengan meniru benda dalam bentuk seperti apa yang kalian lihat. Menggambar bentuk dilengkapi dengan model (ada model) yaitu bentuk yang disajikan untuk digambar sebagai objeknya. Objek dipindahkan pada bidang gambar. Dengan kata lain menggambarkan bentuk harus ada benda yang digambar atau ditiru.


1. Pembagian Gambar Bentuk

Gambar bentuk dalam perwujudannya ada dua golongan, yaitu gambar secara realis dan pengembangan (modern).

A. Gambar Bentuk Realis (Nyata)
Gambar bentuk realis yaitu gambar bentuk realis seperti apa adanya yang dilihat, atau yang ditangkap mata kita. Bersifat memindahkan objek benda pada bidang gambar. Secara real (kenyataan) sama halnya kamera menangkap objek menjadi gambar foto. Bentuk dan warna gambar adalah meniru seperti alam nyata (naturalis). Misalnya bentuk manusia atau binatang dengan proporsi yang benar dan tepat membuat tumbuhan, bunga, daun, atau benda, warnanya dibuat seperti aslinya, tidak boleh diubah. Gambar bentuk realis ini terikat oleh aturan yang mengikat, sehingga kreativitas penggambar berkurang.

B. Gambar Bentuk Pengembangan (Modern)
Gambar bentuk pengembangan ini adalah mengembangkan atau mengubah bentuk-bentuk yang nyata (realis) berdasarkan imajinasi, ide/gagasan serta kreativitas penggambar. Gambar bentuk seperti ini disebut gambar imajinatif. Hasilnya benda yang kita lihat seakan tidak sama atau mirip dengan benda yang dijadikan model. Gambar bentuk pengembangan atau imajinatif tersebut macamnya, meliputi sebagai berikut.
1). Gambar Stilasi artinya menyederhanakan bentuk dengan tidak meninggalkan karakter bentuk aslinya.
2). Gambar Distorsi yaitu melebihkan atau menonjolkan bentuk-bentuk aslinya.
3). Gambar Deformasi adalah bentuk yg bersifat analitis dan memisahkan unsur-unsur benda dengan tidak meninggalkan komposisi, dan karakter bentuk asli.
4). Transformasi adalah menggabungkan atau memindahkan unsur-unsur bentuk benda benda yang satu dengan lainnya.

2. Menggambar Bentuk Dengan Objek Karya Seni Rupa Terapan

Seni terapan setempat antara lain berupa benda seni kriya (kerajinan tangan), yang berwujud 3 dimensi. Menggambar bentuk tiga dimensi tidak bisa lepas dari perspektif, untuk itu kita harus mengenal dan mengetahui pedoman gambar perspektif.

A. Media (Bahan dan Alat)
Yang digunakan untuk menggambar bentuk, antara lain:
1). Tinta bak (Cina), cat air, cat plakat; cocok untuk menggambar dengan cara blok, atau bentuk siluet (bayang-bayang).
2). Tinta bak, spidol, konte, cat air, pastel; cocok untuk menggambar dengan teknik campuran.
3). Pensil, konte, bolpoin, pastel, spidol; cocok untuk menggambar bentuk benda seni terapan tiga dimensi.

B. Teknik/Cara
1). Teknik Arsir atau Garis
2). Teknik Blok
3). Teknik Campuran (arsir dan blok)
4). Teknik Dussel (gosok)
5). Teknik Kuas
6). Teknik Pointilis (dengan unsur titik)
7). Teknik Brush (Semprot)

Sumber: Seni Budaya Kelas VII SMP/MTs Semester II. Indonesia: CV. Lima Utama Grafika

Pengertian Menggambar Bentuk beserta Media dan Tekniknya

A. Pengertian Drama


Drama adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan watak dan kehidupan manusia melalui akting dan dialog yang dipentaskan. Cerita dan kisah tersebut melibatkan konflik atau emosi yang memang secara khusus ditunjukkan untuk pertunjukan teater.

B. Jenis-Jenis Drama

Drama dapat dibedakan beberapa jenis berdasarkan bentuk dan isi ceritanya, yaitu sebagai berikut:
1). Drama Liris, yaitu drama yang berbentuk menyerupai puisi.
2). Drama Moralis, yaitu drama yang bentuknya bersifat keagamaan atau moral.
3). Drama Komedi, yaitu drama yang sifatnya menghibur.
4). Drama Misteri, yaitu drama yang sifatnya memberikan unsur tegang.
5). Drama Duka, yaitu drama yang menceritakan tentang kesedihan dan juga berakhir dengan kesedihan (sad ending).
6). Drama Absurd, yaitu drama yang semua ceritanya mengabaikan alur, penokohan, serta tematiknya.
7). Drama Rumah Tangga, yaitu drama yang menceritakan tentang kehidupan suatu rumah tangga.
8). Drama Tari, yaitu drama yang disandiwarakan dengan tarian dan musik.
9). Drama Duka Ria, yaitu drama yang menceritakan tentang kesedihan tetapi berakhir dengan kebahagiaan (happy ending).
10). Drama Domestik, yaitu drama yang menceritakan tentang kehidupan rakyat biasa.
11). Drama Satire, yaitu drama yang isinya berupa sindiran.
12). Drama Tendens, yaitu drama yang isinya tentang masalah sosial.

C. Unsur Intrinsik Drama

1). Tema
Yaitu inti atau ide pokok yang mendasari jalan cerita dalam drama. Contoh: Drama berjudul "Nasihat dari Sahabat", maka temanya adalah tentang Sosial atau Persahabatan.

2). Dialog
Dialog adalah percakapan dalam drama yang merupakan unsur terpenting dalam drama, dilakukan oleh dua orang atau lebih. Sangat dibutuhkan sekali orang yang memiliki kemampuan menghafal dialog untuk drama. Dialog dalam drama dibagi menjadi 4, yaitu:
a). Prolog, yaitu kata-kata pendahuluan dalam drama.
b). Epilog, yaitu kata-kata penutup dalam drama.
c). Monolog, yaitu percakapan yang dilakukan sendirian.

3). Watak atau Penokohan
Yaitu sifat-sifat dan karakteristik yang dimiliki oleh para pemeran drama. Watak/penokohan dibagi menjadi 3, yaitu:
a). Protagonis, tokoh utama yang biasanya berperilaku baik.
b). Antagonis, si penentang tokoh utama yang biasanya bersifat jahat.
c). Tritagonis, tokoh yang perannya hanya sebagai pembantu.

4). Plot/Alur
Yaitu sebuah urutan jalannya cerita. Struktur alur cerita dalam drama adalah sebagai berikut:
a). Tahap perkenalan, yaitu bagaimana awal perkenalan tokoh, menjelaskan tentang peristiwa yang akan terjadi.
b). Tahap konflik awal, yaitu mulai munculnya konflik atau masalah yang terjadi antara para tokoh.
c). Tahap komplikasi, yaitu konflik yang dimunculkan menjadi lebih serius dan menaik/menajam.
d). Tahap klimaks, yaitu konflik yang datang mencapai titik kulminasi atau mencapai puncak tegangnya.
e). Tahap antiklimaks, yaitu konflik yang tegang tadi mulai menurun dan mereda.
f). Tahap penyelesaian, yaitu tahap terakhir dalam drama yang menandakan drama sudah selesai dan konflik yang dialami tokoh sudah terselesaikan.

Sumber: Buku Paket

Pengertian Drama beserta Jenis-Jenis dan Unsur Intrinsiknya

Dalam pementasan sebuah naskah drama dibutuhkan proses kreatif yang disebut dengan dramatisasi cerita drama yang terdiri atas beberapa tahap berikut:


A. Menentukan Gagasan Cerita

Langkah pertama yang dilakukan dalam menentukan gagasan adalah menentukan tema. Tema adalah dasar cerita teater yang akan dibuat. Dalam menentukan tema teater modern disarankan menggunakan tema yang berhubungan dengan keadaan situasi dan kondisi lingkungan sehari-hari yang terjadi pada saat ini (hal yang dianggap sedang hangat terjadi) atau jika pertunjukannya di sekolah bisa mengangkat tema seputar keadaan sekolah.

B. Menyusun Naskah Drama

Menyusun naskah drama dalah membuat uraian berupa teks, percakapan (dialog), tokoh pemain, setting waktu dan tempat. Beberapa langkah berikut ini dapat dijadikan acuan untuk menulis naskah lakon.

1). Menentukan Tema
Tema adalah gagasan dasar cerita atau pesan yang akan disampaikan oleh pengarang kepada penonton. Tema akan menuntun laku cerita dari awal sampai akhir. Misalnya, tema yang dipilih adalah "kebaikan akan mengalahkan kejahatan"maka dalam cerita, hal tersebut harus dimunculkan melalui aksi tokoh-tokohnya sehingga penonton dapat menangkap maksud dari cerita bahwa sehebat apapun kejahatan pasti akan dikalahkan oleh kebaikan.

2). Menentukan Persoalan
Persoalan atau konflik adalah inti dari certia teater. Tidak ada cerita teater tanpa konflik. Oleh karena itu, pangkal persoalan atau titik awal konflik perlu dibuat dan disesuaikan dengan tema yang dikehendaki. Misalnya dengan tema "Kebaikan akan mengalahkan kejahatan", pangkal persoalan yang dibicarakan adalah sikap licik seseorang yang selalu memfitnah orang lain demi kepentingannya sendiri. Persoalan ini kemudian dikembangkan dalam cerita yang hendak dituliskan.

3). Membuat Sinopsis (Ringkasan Cerita)
Gambaran cerita secara global dari awal sampai akhir hendaknya dituliskan. Sinopsis digunakan sebagai pemandu proses penulisan naskah sehingga alur dan persoalan tidak melebar.

4). Menentukan Kerangka Cerita 
Kerangka cerita akan membingkai jalannya cerita dari awal sampai akhir. Kerangka ini membagi jalannya cerita mulai dari pemaparan, konflik, klimaks sampai penyelesaian. Dengan membuat kerangka cerita maka penulis akan memiliki batasan yang jelas sehingga cerita tidak bertele-tele. William Froug misalnya, membuat kerangka cerita (skenario) dengan empat bagian, yaitu pembukaan, bagian awal, tengah, dan akhir. Pada bagian pembukaan memaparkan sketsa singkat tokoh-tokoh cerita.

Bagian awal adalah bagian pengenalan secara lebih rinci masing-masing tokoh dan titik konflik awal muncul. Bagian tengah adalah konflik yang meruncing hingga klimaks. Pada bagian akhir, titik balik cerita dimulai dan konflik yang diselesaikan. Riantimo, sutradara sekaligus penulis naskah Teater Koma, menentukan kerangka lakon dalam tiga bagian, yaitu pembuka yang berisi pengantar cerita atau sebab awal, isi yang berisi pemaparan, konflik hingga klimaks, dan penutup yang merupakan simpulan cerita atau akibat.

5). Menentukan Protagonis
Tokoh Protagonis adalah tokoh yang membawa laku keseluruhan cerita. Dengan menentukan tokoh protagonis secara mendetail, tokoh lainnya mudah ditemukan. Misalnya, dalam persoalan tentang kelicikan, tokoh protagonis dapat diwujudkan sebagai orang yang rajin, semangat dalam bekerja, senang membantu orang lain, berkecukupan, dermawan, serta jujur. Semakin detail sifat atau karakter protagonis, semakin jelas pula karakter tokoh antagonis. Dengan menulis lawan dari sifat protagonis, karakter antagonis dengan sendirinya terbentuk.

6). Menentukan Cara Penyelesaian
Mengakhiri sebuah persoalan yang dimunculkan tidaklah mudah. Dalam beberapa lakon, ada cerita yang diakhiri dengan baik. Namun, ada juga yang diakhiri secara tergesa-gesa, bahkan ada yang bingung mengakhirinya. Akhir cerita yang mengesankan selalu akan dinanti oleh penonton. Oleh karena itu, tentukan akhir cerita dengan baik, logis, dan tidak tergesa-gesa.

7). Menulis
Setelah semua hal disiapkan, proses berikutnya adalah menulis. Mencari dan mengembangkan gagasan memang tidak mudah, tetapi lebih tidak mudah lagi memindahkan gagasan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, gunakan dan manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menuliskannya.

C. Memainkan Cerita

Setelah naskah disusun, tahap selanjutnya adalah memainkan cerita. Berikut ini adalah beberapa trik untuk mengatur permainan agar lebih rapi dan mudah dilakukan.
1). Tinjau kembali plot cerita. Tuliskan garis besar secara sederhana di tempat strategis sehingga dapat dibaca oleh semua anggota kelompok, misalnya di papan tulis.
2). Aturlah tempat pentas dengan baik. Tempat pentas perlu dirancang dengan sungguh sungguh. Untuk itu, perlu dibuat peta sederhana.
3). Sebelum para pemain memainkan peran dalam suatu adegan, berilah kesempatan bagi mereka untuk berkonsentrasi. Mereka dapat duduk di kursi atau pinggiran pentas. Sementara itu, apabila anggota yang lain masih cemas dan belum percaya diri, biarkanlah mereka menjadi penonton. Anggota lain yang dapat membantu dengan menjadi asisten tata suara atau efek lampu.
4). Jagalah permainan agar tampak wajar dan tidak tergesa-gesa. Nikmatilah permainan peran tersebut. Pemain mungkin harus memerankan tokoh yang harus beristirahat, duduk merenung, atau diam tidak bergerak karena terpesona. Untuk itu, harus ada waktu yang berjalan pelan. Selain itu, seorang pemain diharuskan berdialog mesra dengan lawan mainnya. Agar adegan ini tampak alamiah, rasakan kemesraan tersebut. Jangan sekadar menghafalkan dialog.
5). Rancanglah peran dan karakter tokoh dengan berbagai cara sehingga para pemain mudah mengingatnya. Kostum sederhana dengan tanda-tanda khusus juga dapat membantu.

D. Mengevaluasi Permainan

Setelah permainan berakhir, adakan evaluasi dramatisasi. Pada awalnya, tekankan pada unsur positif dari permainan. Amatilah hal hal yang seharusnya dipertahankan dalam permainan berikutnya. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan untuk melakukan evaluasi.
1). Adakah bagian cerita yang tidak dapat dipahami?
2). Pada bagian manakah cerita dapat sangat dipahami?
3). Pada bagian manakah akting terlihat jelas dan baik?
4). Adakah bagian dari dramatisasi yang sangat menarik, menakjubkan, atau menyedihkan dan menguras emosi?
5). Pada bagian manakah tokoh sangat meyakinkan?

E. Memainkan Ulang

Setelah evaluasi permainan selesai, galilah ide-ide yang dapat mendorong dan mengembangkan permainan. Perubahan dan ide baru dapat dimasukkan dalam permainan ulang. Selanjutnya, seluruh anggota mulai bersama-sama memikirkan langkah-langkah, seperti efek suara, lampu, musik, dan kostum. Perubahan dan tambahan ini akan menumbuhkan proses kreatif kelompok.

F. Melakukan Evaluasi Akhir dan Menyiapkan Pementasan

Pada tahap akhir, ketika pementasan yang sesungguhnya hampir dilaksanakan, sebuah evaluasi dapat dilakukan secara menyeluruh. Para pemain bersama-sama mengevaluasi kelemahan permainan. Pada tahap ini, hubungan baik dan kekompakan antara pemain, tim produksi, dan tim artistik seharusnya sudah terbina sehingga mereka dapat saling terbuka dan membuka diri terhadap masukan orang lain.

Berikut ini adalah rambu-rambu evaluasi tahap akhir. Jika rambu-rambu ini telah terpenuhi, dramatisasi cerita dianggap berhasil.
1). Apakah semua pemain telah memahami jalan cerita hingga detail yang terkecil?
2). Apakah pemain dapat menyelami karakter tokoh yang harus diperankan? Apakah pemain telah mampu menangkap karakter dasar tokoh tersebut?
3). Apakah pemain dapat mengucapkan dialog tokoh dengan lancar dan dengan vokal yang baik? Apakah dialog tersebut dapat ditangkap maknanya oleh mereka yang jadi penonton?
4). Apakah pemain dapat menggerakkan tubuh dan mengolah ekspresinya sesuai dengan tuntutan peran? 
5). Apakah para pemain dapat telah bergerak (melakukan blocking) sesuai dengan rancangan dalam peta pentas? Apakah telah terdapat harmonisasi pemanfaatan ruang ruang pentas?
6). Apakah properti, musik, lampu, dan kostum telah disiapkan dengan baik? Diharapkan pada tiga latihan terakhir sebelum pementasan, pemain telah melakukan latihan dengan kelengkapan artistik ini.
7). Apakah dekorasi dan tata rias telah dirancang dengan baik? Sehari sebelum pementasan, para pemain diharapkan telah melakukan gladi resik berdasarkan rambu-rambu tersebut. Gladi resik sebaiknya dilakukan di hadapan kelompok kecil penonton. Dengan demikian, pemain akan terbiasa dengan reaksi penonton.

Sumber: LKS

Cara Merancang Pertunjukan Teater dengan Kreatif (Dramatisasi)


Model merupakan sebuah objek yang akan menjadi inspirasi dalam menggambar karya seni. Menggambar merupakan proses pengungkapan gagasan seseorang melalui bahasa gambar. Menggambar model merupakan kegiatan menggambar yang diawali dengan menentukan objek model yang akan digambar. Objek gambar model dapat berupa benda hidup seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan kumpulan benda-benda mati yang disusun sesuai dengan komposisi, proporsi, keseimbangan, dan irama yang baik sehingga gambar memiliki satu kesatuan yang utuh. Gambar model yang akan dipelajari ialah objek alam benda yang biasa disebut gambar bentuk.

Objek gambar alam benda memiliki struktur bentuk dan bidang dasar yang berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya. Bentuk-bentuk tersebut antara lain seperti bola, kubus, bujur sangkar, kerucut, dan tabung. Struktur bidang gambar model (alam benda) dapat berupa bidang datar, melingkar, maupun mengerucut. Struktur bentuk dan bidang tersebut memiliki kesan yang tidak sama apabila terkena sinar. Model alam benda yang terkena sinar akan menghasilkan bayangan dengan intensitas cahaya yang berbeda-beda. Efek bayangan yang ditimbulkan dari pencahayaan memberikan kesan ruang pada model sehingga gambar tampak seperti gambar tiga dimensi.

1. Menggambar Model Berbagai Bentuk 3 Dimensi

a. Menggambar model benda Kubistis
Benda kubistis adalah benda-benda yang bentuknya menyerupai bangun kubus (balok). Misalnya, meja, kursi, lemari, bak sampah, kotak pensil, dan sebagainya.
b. Menggambar model benda Silindris
Benda silindris adalah benda-benda yang bentuknya menyerupai silinder (elips). Misalnya, botol, gelas, piring, mangkuk, teko, dan sebagainya.
c. Menggambar model benda Bebas
Benda yang memiliki bentuk bebas adalah benda yang bentuknya tidak beraturan. Misalnya, buah-buahan, pepohonan, batu-batuan, dan lain lainnya.

2. Prinsip Menggambar Model

a. Komposisi
Komposisi atau tata susunan merupakan cara kita menyusun dan mengatur objek gambar yang digunakan sebagai model gambar sehingga hasil gambar tampak menarik dan indah. Komposisi dapat dibuat melalui bentuk objek gambar, warna objek gambar, jenis objek gambar, dan latar belakang gambar.
  • Komposisi Simetris adalah komposisi yang membagi bidang menjadi 2 bagian yang sama persis. Komposisi simetris merupakan penataan objek pada semua bagian disusun sama dengan bentuk yang sama pula, sehingga keseimbangan tercipta dengan sendirinya.
  • Komposisi Asimetris adalah penataan objek pada tiap bagian tidak sama dengan bentuk yang tidak sama pula, tetapi memiliki keseimbangan yang sama.
  • Komposisi Sentral adalah penataan objek secara memusat dengan bagian tengah sebagai porosnya, sehingga keseimbangan dapat tercapai.

b. Proporsi
Suatu benda tersusun dari suatu kesatuan berdasarkan ukuran antara bagian satu dengan bagian lainnya. Kesebandingan, keseimbangan, atau kesesuaian bentuk dan ukuran suatu benda antara bagian yang satu dengan bagian yang lain itulah yang dinamakan proporsi. Dengan menggunakan proporsi yang tepat, maka gambar benda yang dihasilkan akan tampak wajar. Jika gambar yang dibuat tidak sesuai dengan proporsi maka akan terkesan janggal.

c. Keseimbangan
Keseimbangan adalah keselarasan antara bidang gambar, objek gambar, dan gambar yang dihasilkan. Keseimbangan hasil gambar model dapat diperoleh dengan cara membuat skala, memberi efek perspektif pada objek gambar dan sudut pandang penggambar.

d. Kesatuan (Unity)
Kesatuan adalah suatu penggambaran objek yang memberikan kesan adanya kesatuan unsur-unsur yang terpadu. Kesatuan artinya keterpaduan dari bagian-bagian gambar, tidak terkesan terbelah atau terpisah.




3. Unsur-Unsur Menggambar Model

a. Garis
Garis terbentuk melalui goresan atau tarikan dari titik yang satu ke titik yang lain. Bermacam bentuk garis, yaitu garis lurus, garis lengkung, garis putus-putus, garis tak beraturan, dan lain-lain. Setiap garis tersebut dapat menimbulkan kesan yang beragam yang dinamakan sifat garis. Misalnya, garis lurus dapat mengesankan kaku, tegas, keras.

b. Bidang
Bidang berupa permukaan yang datar. Suatu garis yang dipertemukan ujung pangkalnya akan membentuk bidang, baik bidang geometrik maupun bidang organik. Bidang juga mempunyai sifat yang beragam sesuai bentuknya.

c. Bentuk
Bentuk terjadi melalui penggabungan unsur bidang. Misalnya, sebuah kotak terwujud dari empat sisi bidang yang disatukan. 

d. Warna
Ada tiga jenis warna dasar, yaitu merah, kuning, dan biru. Dari ketiga warna tersebut, dapat diperoleh berbagai jenis warna melalui proses pencampuran. Warna dapat memberikan kesan tertentu. Ada warna muda dan warna tua, warna terang dan warna gelap, serta warna redup dan cerah. Warna gelap cenderung memberi kesan berat, sebaliknya warna terang dapat memberi kesan ringan,

e. Tekstur
Tekstur adalah permukaan suatu benda, ada yang halus ada yang kasar. Tekstur kasar misalnya terdapat pada batang kayu, daun, dan batu. Tekstur halus, misalnya kaca, plastik, dan kertas. Dalam penggambaran bentuk benda, tekstur bisa mengesankan bobot ringan dan berat.

f. Nada Gelap-Terang
Benda yang tertimpa cahaya (secara langsung atau tidak langsung), ada sisi yang gelap dan ada sisi yang terang. Penggambaran bentuk benda yang baik, salah satunya ditentukan oleh kelihaian menentukan sisi gelap dan sisi terang secara tepat.

g. Ruang
Dalam seni bangunan, ruang terbentuk atas dua atau beberapa dinding yang berjarak. Ruang juga bisa berupa rongga yang terdapat dalam seni patung. Ruang di alam nyata dinamakan ruang nyata. Ruang yang diwujudkan dalam gambar dinamakan ruang khayalan (imajiner). Kesan ruang tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan perspektif, gelap terang, dan warna.

4. Alat dan Bahan Menggambar Model

1. Media Kering
a. Pensil
b. Pengapus
c. Krayon
d. Spidol
e. Konte
f. Drawing Pen

2. Media Basah
a. Cat Air
b. Cat Poster
c. Tinta Bak
d. Cat Minyak
e. Ecolin

5. Cara dan Teknik Menggambar Model

Tahapan tahapan dalam menggambar model alam benda adalah:
1. Pengamatan
2. Sketsa
3. Menentukan Gelap Terang
4. Menentukan Teknik
5. Sentuhan Akhir

Teknik yang digunakan ialah:
1. Teknik Arsir
Teknik arsir dibuat dengan cara menorehkan pensil, spidol, tinta, atau alat lain berupa garis garis berulang yang menimbulkan kesan gelap-terang, gradasi, atau kesan dimensi.
2. Teknik Sapuan Basah (aquarel)
Teknik sapuan basah dapat menggunakan bahan dengan campuran air di atas kertas, kain, atau bidang lain. Bila menggunakan bidang gambar berupa kertas maka dapat menggunakan cat air, cat poster, atau tinta bak.
3. Teknik Dussel (Gosok)
Teknik dussel adalah teknik menggambar dengan cara menggosok sehingga menimbulkan kesan gelap-terang atau tebal-tipis. Alat yang bisa digunakan antara lain pensil, krayon, dan konte.
4. Teknik Siluet (Blok)
Teknik Siluet adalah teknik menutup objek gambar dengan menggunakan satu warna sehingga menimbulkan kesan siluet (blok)
5. Teknik Pointilis
Teknik pointilis adalah cara atau teknik menggambar dengan menggunakan titik-titik hingga membentuk suatu objek.

Sumber: LKS

Pengertian Menggambar Model (Prinsip, Unsur, Cara, Alat dan Bahan)


Mengenai teknik budidaya ikan patin ini meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi menjadi 2 kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatan ini umumnya belum populer dilakukan oleh masyarakat, karena umumnya masih mengandalkan kegiatan penangkapan di alam (sungai, situ, waduk, dan lain-lain) untuk memenuhi kebutuhan akan ikan patin. Kegiatan pembenihan merupakan upaya utk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang umumnya adalah benih selepas masa pendederan. Benih ikan patin dapat diperoleh dari hasil tangkapan di perairan umum. Biasanya menjelang musim kemarau pd pagi hari dengan menggunakan alat tangkap jala atau jaring. Benih dpt juga dibeli dari Balai Pemeliharaan Air Tawar di Jawa Barat. Benih dikumpulkan dlm suatu wadah, dan dirawat dengan hati-hati selama 2 minggu. Jika air dlm penampungan sudah kotor, harus segera diganti dengan air bersih, dan usahakan terhindar dari sengatan matahari. Sebelum benih ditebar, dipelihara dulu dalam jaring selama 1 bulan, selanjutnya dipindahkan ke dalam hampang yang sudah disiapkan. Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatan kegiatan sbg berikut:

1). Pemilihan calon induk siap pijah.
2). Persiapan hormon perangsang dari ikan donor, yaitu ikan mas.
3). Kawin suntik (induce breeding).
4). Pengurutan (striping).
5). Penetasan telur.
6). Perawatan larva.
7). Pendederan.
8). Pemanenan.

Pada usaha budidaya yang semakin berkembang, tempat pembenihan dan pembesaran sering kali dipisahkan dengan jarak yang agak jauh. Pemindahan benih dari tempat pembenihan ketempat pembesaran memerlukan penanganan khusus agar benih selamat. Keberhasilan transportasi benih ikan biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik maupun kimia air, terutama manyangkut oksigen terlarut, NH3, CO2, pH, dan suhu air.

1. Penyiapan Sarana dan Peralatan Budidaya Ikan Patin

Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2-5% sehingga memudahkan pengairan di kolam secara gravitasi.

a. Kolam pemeliharaan Induk Ikan Patin

Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya, sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.

b. Kolam pemijahan Ikan Patin
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18m^2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan paralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijaan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.

c. Kolam pendederan Ikan Patin
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m^2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m^2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan didekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan penangkapan benih, dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.

2. Pembibitan Ikan Patin

a. Menyiapkan Bibit Ikan Patin
Bibit yang hendak dipijahkan bisa berasal dari hasil pemeliharaan dikolam sejak kecil atau hasil tangkapan di alam ketika musim pemijahan tiba. Induk yang ideal adalah dari kawanan patin dewasa hasil pembesaran dikolam sehingga dapat dipilihkan induk yang benar-benar berkualitas baik.

b. Perlakuan dan Perawatan Bibit Ikan Patin
Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus di dalam sangkar terapung. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi makanan khusus yang banyak mengandung protein. Upaya untuk memperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Palembang adalah dengan memberikan makanan berbentuk gumpalan (pasta) dari bahan bahan pembuat makanan ayam dengan komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras 25%, tepung kedelai 10%, serta vitamin dan mineral 0,5%. Makanan diberikan lima hari dalam seminggu sebanyak 5% setiap hari dengan pembagian pagi hari 2,5% dan sore hari 2,5%. Selain itu, diberikan juga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.

Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan:
1). Induk Betina Ikan Patin
  • Umur tiga tahun
  • Ukuran 1,5 - 2 kg
  • Perut membesar ke arah anus
  • Perut terasa empuk dan halus bila di raba
  • Kloaka membengkak dan berwarna merah tua
  • Kulit pada bagian perut lembek dan tipis
  • Kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bundar dan besarnya seragam.

2). Induk Jantan Ikan Patin
  • Umur dua tahun
  • Ukuran 1,5 - 2 kg
  • Kulit perut lembek dan tipis
  • Bila diurut akan keluar cairan sperma berwarna putih
  • Kelamin membengkak dan berwarna merah tua

Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium berukuran 80cm x 45cm x 45 cm. Setiap akuarium diisi dengan air sumur box yang telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor per akuarium. Aerator ditempatkan pada setiap akuarium agar keperluan oksigen untuk benih dapat tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dan suhu air digunakan heater atau dapat menggunakan kompor untuk menghemat dana. Benih umur sehari belum perlu diberi makan tambahan dari luar karena masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac, atau kuning telur.

Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning telur ayam yang direbus. Selanjutnya berangsur-angsur diganti dengan makanan hidup berupa Moina cyprinacea atau yang biasa dikenal dengan kutu air dan jentik nyamuk. Pembesaran ikan patin dapat dilakukan di kolam, di jala apung, melalui sistem pen, dan dalam karamba.

1). Pembesaran ikan patin di kolam dapat dilakukan melalui sistem monokultur maupun polikultur.
2). Pada pembesaran ikan patin di jala apung, hal hal yang perlu diperhatikan adalah: lokasi pemeliharaan, bagaimana cara menggunakan jala apung, bagaimana kondisi perairan dan kualitas airnya serta proses pembesarannya.
3). Pada pembesaran ikan patin sistem pen, perlu diperhatikan: pemilihan lokasi, kualitas air, bagaimana penerapan sistem tersebut, penebaran benih, dan pemberian pakan serta pengontrolan dan pemanenannya.
4). Pada pembesaran ikan patin di karamba, perlu diperhatikan masalah: pemilihan lokasi, penebaran benih, pemberian paka tambahan, pengontrolan dan pemanenan. Hampang dapat terbuat dari jaring, karet, bambu, atau ram kawat yang dilengkapi dengan tiang atau tunggak yang ditancapkan ke dasar perairan. Lokasi yang cocok untuk pemasangan hampang: kedalaman air 0,5 - 3 m dengan fluktuasi kedalaman tidak lebih dari 50 cm, arus tidak terlalu deras, tetapi cukup untuk sirkulasi air dalam hampang. Perairan tidak tercemar dan dasarnya sedikit berlumpur. Terhindar dari gelombang dan angin yang kencang serta terhindar dari hama, penyakit dan predator (pemangsa). Pada perairan yang dasarnya berbatu, harus digunakan pemberat untuk membantu mengencangkan jaring. Jarak antara tiang bambu/kayu sekitar 0,5 - 1 m.

3. Pemeliharaan Pembesaran Ikan Patin

a. Pemupukan Ikan Patin
Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyak-banyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50-700 gram/m2.

b. Pemberian Pakan Ikan Patin
Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan dalam hampang. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (sampel).

c. Pemeliharaan Kolam dan Tambak Ikan Patin
Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan tambahan berupa pellet setiap hari dan dapat pula diberikan ikan-ikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun sisa dapur yang diberikan 3-4 hari sekali untu perangsang nafsu makannya.

Sumber: LKS

Cara Lengkap Budidaya Ikan Patin Mudah beserta Tekniknya